PANGKALPINANG – Badan Pusat Statistik Kota Pangkalpinang merilis berita resmi statistik terkait perkembangan inflasi bulan Oktober 2025. Dari hasil pemantauan, inflasi year on year (y-on-y) Kota Pangkalpinang tercatat sebesar 1,96 persen dengan Indeks Harga Konsumen 106,58.
Ahli Statistik BPS Kota Pangkalpinang, Aja Nasrun, menyampaikan bahwa angka tersebut menunjukkan harga sejumlah komoditas masih mengalami kenaikan, meskipun relatif terkendali dibandingkan periode sebelumnya.
“Secara umum, inflasi masih stabil. Kenaikan harga terbesar terjadi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, sedangkan beberapa kelompok lain justru mengalami penurunan,” ujarnya di Kantor BPS Kota Pangkalpinang, Senin (3/11/2025).
Kenaikan harga tertinggi tercatat pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 6,00 persen, disusul kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 3,65 persen, serta kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,21 persen.
Sementara kelompok yang justru mengalami penurunan harga atau deflasi adalah pendidikan (-9,90 persen), informasi dan komunikasi (-0,14 persen), serta pakaian dan alas kaki (-0,02 persen).
Aja menjelaskan, inflasi di Kota Pangkalpinang juga terlihat month to month (m-to-m) sebesar 0,08 persen dan year to date (y-to-d) sebesar 1,67 persen.
“Jika dilihat pergerakannya, inflasi bulanan kita masih ringan. Tapi kalau dibandingkan tahun ke tahun, faktor harga bahan makanan memang paling berpengaruh,” terangnya.
Beberapa komoditas yang paling dominan memberi andil terhadap inflasi tahunan antara lain cabai merah, daging ayam ras, emas perhiasan, beras, mie instan, cumi-cumi, dan ikan tenggiri.
Sementara yang memberi andil terhadap penurunan harga antara lain biaya sekolah menengah atas, angkutan udara, shampo, popok bayi, dan ikan kerisi.
“Kalau dilihat lebih rinci, cabai merah sendiri memberikan andil 0,23 persen terhadap inflasi tahunan. Daging ayam ras menyumbang 0,21 persen, dan emas perhiasan 0,16 persen. Sedangkan penurunan terbesar datang dari biaya sekolah menengah atas yang menekan inflasi hingga 0,47 persen,” kata Aja.
Selain kelompok makanan, inflasi juga terjadi pada sektor perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,34 persen, serta sektor kesehatan sebesar 0,81 persen.
“Artinya, bukan hanya bahan pokok, tapi juga kebutuhan dasar rumah tangga ikut terdampak, meski skalanya tidak besar,” tambahnya.
Meski begitu, Aja menyebut angka inflasi 1,96 persen masih dalam kategori aman dan tidak menimbulkan tekanan besar terhadap daya beli masyarakat.
“Inflasi di bawah dua persen ini tergolong baik. Artinya harga-harga masih bisa dijangkau, dan daya beli masyarakat Pangkalpinang relatif terjaga,” jelasnya.
BPS juga mencatat, kelompok pengeluaran makanan tetap menjadi penyumbang terbesar inflasi dengan andil 1,88 persen, diikuti kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,21 persen.
“Kita harapkan koordinasi TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) dan dinas terkait terus menjaga pasokan bahan pangan menjelang akhir tahun agar inflasi tetap terkendali,” tutup Aja Nasrun. (inpost.id)
Oktober 2025, Inflasi Pangkalpinang Tercatat Sebesar 1,96 Persen











