HEADLINEPEMPROV BABEL

Sudahkah Daerah Kepulauan Terjamah?

26
×

Sudahkah Daerah Kepulauan Terjamah?

Sebarkan artikel ini
Foto: Dinas Kominfo

Indonesia-Sentris menjadi gagasan besar pemerintah untuk menekan kesenjangan pembangunan di Tanah Air. Daerah pinggiran dan pulau-pulau terdepan yang menjadi gerbang masuk Indonesia menjadi prioritas.

Dengan pembangunan yang merata dan berkeadilan, maka masyarakat di berbagai wilayah akan merasa menjadi bagian dari kesatuan Indonesia. Dengan begitu, sila ketiga (persatuan) dan sila kelima (keadilan) dalam Pancasila sebagai pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara, terwujudkan.

READ  Sandi Sebut Ini Pertanda Baik
READ  Sertifikat Tanah Catut Nama Warga, Digunakan Untuk Pinjam Uang

Indonesia-Sentris bukan sekadar angan. Bukan sekadar polesan, terlebih merupakan ulik taktik pemerintah atas kesenjangan infrastruktur di setiap jengkal Nusantara, dan menciptakan aglomerasi kesejahteraan yang terencana dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2024, serta  Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2014-2019 dan 2020-2024.

Kementerian Perhubungan diamanahkan membangun interkonektivitas untuk menghubungkan, dan mempersatukan Indonesia. Berbagai pembangunan infrastruktur transportasi, khususnya sektor laut dimasifkan dengan paradigma Indonesia-Sentris.
READ  Fery Pimpin Rakor Pengendalian Inflasi
READ  Ketua DPRD Apresiasi Langkah Kongkrit TPID

Dalam rentang waktu 2014 hingga 2023, ada pembangunan pelabuhan baru di 18 lokasi, sedangkan rehabilitasi pelabuhan di 164 lokasi. Pembangunan pelabuhan pun banyak dibangun di Kalimantan, dan timur Indonesia. Lalu, bagaimana dengan pulau-pulau kecil?

Interkonektivitas yang diinginkan Pemerintah ialah membuka akses keterisolasian, serta dapat meningkatkan perekonomian suatu daerah. Sebagai negara berdaulat yang dihubungkan oleh luasnya kelautan, belum sepenuhnya dari target RPJPN maupun RPJMN menyasar ke seluruh negeri.
READ  CPNS dan PPPK Berikan Kontribusi Terbaik untuk Dunia Pendidikan Bateng
READ  Babel Terbaik Ketiga Realisasi Dana Dekonsentrasi Pengendalian Inflasi

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi satu dari dua provinsi kepulauan yang ada di Sumatera, namun minim sentuhan dukungan pengembangan pelabuhan sebagai wujud Indonesia-Sentris.

Pelabuhan menjadi denyut nadi kehidupan Bangka Belitung. Selain berfungsi untuk perpindahan intra dan antarmoda transportasi, pelabuhan juga sebagai penunjang untuk melancarkan mobilitas manusia dan barang di bidang pertambangan, perindustrian, pertanian, atau pariwisata, hingga alur perdagangan domestik dan mancanegara melalui kegiatan ekspor-impornya dalam menopang roda perekonomian.
READ  Suut Beberkan Penyebab Kelangkaan BBM
READ  Kapolres Pimpin Apel Pergeseran Pasukan

Nyatanya, hingga saat ini, di dua pulau besar (Pulau Bangka dan Pulau Belitung) saja, provinsi ini hanya memiliki 8 pelabuhan aktif dari dua jenis, yakni pelabuhan angkatan laut, dan pelabuhan penyeberangan. Hanya ada satu pelabuhan memiliki dwi fungsi yakni Pelabuhan Sadai Bangka Selatan.

Sementara, Pelabuhan Belinyu, Pangkalbalam, Tanjungpandan, dan Tanjung Batu merupakan Pelabuhan Angkatan Laut. Sedangkan Tanjung Kalian, Tanjung Ru, dan Manggar merupakan Pelabuhan Penyeberangan (sigpjj.binamarga.pu).
READ  Jurnalis FC Pangkalpinang Berbagi Takjil
READ  FGD Untuk Meningkatkan Kapasitas Fiskal

Menakar Potensi Maritim Bangka Belitung

Interkonektivitas antarpulau untuk mewujudkan Indonesia-Sentris yang digadang-gadang Pemerintah bak mimpi di depan mata, tetapi belum jua terjamah oleh kenyataan.

Menilik potensinya, dengan luas laut 65.301 km2 atau 79,90 persen dari total wilayah Provinsi yakni 81,725.06 km2, sektor kemaritiman tentu menjadi salah satu potensi terbesar dari provinsi yang terletak di timur Pulau Sumatera ini.
READ  200 Masker dari Polairud Untuk Nelayan
READ  Buaya Besar Terkam Pelajar SMP

Pada tahun 2022, perikanan tangkap (fish capture) laut dan darat sebagai potensi maritimnya, Bangka Belitung mampu memproduksi sebesar 222.067 ton dengan nilai Rp8.215.523.818 (Kementerian Kelautan dan Perikanan).

Sementara, daratan Bangka Belitung yang hanya 20,1 persen juga tak kalah menunjukkan potensinya di bidang pertambangan timah. Sektor ini justru menjadi penyokong terbesar dari Bangka Belitung untuk pendapatan negara dengan menghasilkan 173.095.125,63 dolar dari hasil produksi 5.944.352,60 ton per April 2024 (bps.dalamangka)
READ  Pariwisata Babel Harus Mendunia
READ  Job Fair Kedua Ciptakan Multiplier Effect Bagi Perekonomian

Potensi ini akan terjamah dengan maksimal di sektor perdagangan maupun keluar-masuk barang kebutuhan jika interkonektivitas antar pulau berjalan dengan baik.

Di bagian barat terhubung dengan Sumatera Selatan, utara dengan Batam, Singapura, Malaysia dan negara lain di benua Asia, hubungan ke Pulau Jawa melalui Pelabuhan Pangkalbalam, juga dapat terkoneksi dengan Kalimantan melalui Pelabuhan Manggar.
READ  Harus Mendukung Pelaksanaan Reformasi Birokrasi
READ  Mau Buat Pengaduan? Hubungi Nomor Ini!

Nyatanya, saat ini potensi ekonomi itu belum secara maksimal masuk ke kas daerah. Kendalanya? Karena kapasitas pelabuhan di Bangka Belitung masih terbilang kecil dan mengharuskan adanya antrian saat bongkar-muat.

Belum lagi adanya persoalan pendangkalan alur, sehingga membuat kapal bertonase besar sulit untuk bersandar. Hal inilah yang membuat Bangka Belitung kesuitan memenuhi permintaan global, sehingga sulit untuk bersaing di pasar mancanegara.
READ  Suganda Sambut Audiensi Indonesian Nuclear Youth Society
READ  Persiapan Sudah 90 Persen

Padahal, secara geografis Bangka Belitung berada pada letak yang strategis sebagai kawasan perdagangan internasional. Bahkan, Bangka Belitung disebut masuk dalam jalur Sutra (Silk Road) atau lebih dikenal sebagai jalur perdagangan tertua yang menghubungkan antara Cina, India, Asia Tenggara dan Eropa.

Upaya untuk memungkinkan Bangka Belitung dapat langsung melakukan aktivitas ekspor-impor sudah dilakukan pada masa Gubernur Babel, Erzaldi Rosman, dengan rencana pengembangan Pelabuhan Belinyu menjadi pelabuhan ekspor-impor berkapasitas 10.000 GT.
READ  Kunci Kesejahteraan Masyarakat Adalah Pelayanan Publik
READ  Penjabat Gubernur Santuni Ratusan Fakir Miskin

Langkah tersebut sudah dalam tahap komunikasi bersama Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan Kemenhub RI, dan hingga saat ini dalam pertimbangan pemerintah pusat.

Digitalisasi Asa Menuju Indonesia-Sentris

Selain infrastruktur keras, upaya lain yang terus digodok oleh pemerintah untuk menciptakan interkonektivitas ialah infrastruktur keras non fisik dengan pemanfaatan digital melalui aplikasi Inaportnet.
READ  Job Fair Kedua Ciptakan Multiplier Effect Bagi Perekonomian
READ  Suganda Sambut Audiensi Indonesian Nuclear Youth Society

Sistem layanan tunggal secara elektronik berbasis internet ini memberikan pelayanan kapal dan barang secara transparan di pelabuhan, menjamin rasa keadilan pelayanan (first come first served), mempercepat penyelesaian pelayanan kapal dan barang, hingga meminimalisasi biaya.

Penerapan aplikasi keluaran Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 157 Tahun 2015 tersebut sudah terkoneksi di 264 pelabuhan se-Indonesia sejak diluncurkan pada 2016, termasuk 2 pelabuhan di Bangka Belitung, yaitu Pelabuhan Tanjung Kalian, dan Pelabuhan Manggar.
READ  Pariwisata Babel Harus Mendunia
READ  Ketua DPRD Apresiasi Langkah Kongkrit TPID

Jika seluruh instrumen interkonektivitas pendukung untuk daerah kepulauan seperti Bangka Belitung terpenuhi dengan panjang dan kapasitas dermaga yang memadai, pelayanan inaportnet aktif di seluruh pelabuhan, dan bahkan ketersediaan kapal mencukupi, cita-cita Indonesia-Sentris yang diinginkan dapat terealisasi. (*)

Sumber: Dinas Kominfo