BANGKA BARAT – Dinas Kesehatan Bangka Barat terus berupaya menurunkan angka stunting dengan berbagai cara. Salah satunya, penyerahan bantuan kepada anak-anak stunting yang dilakukan baru-baru ini.
“Penyerahan bantuan 75 paket jumlah anak yang stunting di Kecamatan Simpang Teritip. Jadi kita undang bersama ibunya serta seluruh Kades dan Kabid juga kita serahkan bantuan untuk empat bulan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Bangka Barat, Muhammad Sapi’i Rangkuti di ruang kerjanya, Selasa (5/10/2024).
Total nilai bantuan untuk anak – anak stunting kurang lebih 500-an juta. Tidak hanya untuk Simpang Teritip, tapi akan menyebar ke kecamatan lain yang ada di Bangka Barat. Menurut Rangkuti bantuan ke Simpang Teritip berupa susu dan suplemen.
“Ada dua jenis, satu susu satu suplemen. Suplemen ini bertujuan untuk memberikan perangsang atau stimulasi kepada anak-anak agar yang tidak memiliki nafsu makan akan jadi sedikit agak rakus. Susu itu cukup untuk satu bulan,” katanya.
Paket bantuan di Kecamatan Simpang Teritip itu akan diberikan selama empat bulan berturut – turut, satu paket setiap bulannya hingga masuk tahun 2025 mendatang.
Dinkes pasang target akan menurunkan 50 persen prevalensi stunting di Simpang Teritip yang memang menjadi perhatian khusus.
“Jadi memang target kita bagaimana Simpang Teritip ini memang jadi perhatian khusus kita karena stuntingnya tertinggi. Itu kita tekan harus turun setengah, 50 persen target kita,” cetus Rangkuti.
Kendati tidak merinci angkanya, Rangkuti mengatakan bila dilihat dari per Puskesmas yang ada di Bangka Barat, Simpang Teritip menjadi kecamatan dengan stunting tertinggi, disusul Puskesmas Desa Kundi, Jebus, Tempilang, Kelapa, Sekarbiru, Desa Puput dan Mentok yang paling rendah.
“Latar belakang stunting ini panjang kalau dilihat ke hulunya.
Dilatarbelakangi oleh kemiskinan, dari kemiskinan ini akan melahirkan banyak hal. Misalnya pernikahan dini, tidak bersekolah, kemudian hal-hal lain yang bermunculan sehingga dari rentetan ini muncul lah stunting tadi,” terangnya.
Oleh karena itu menurut Rangkuti permasalahan stunting tidak bisa diatasi dalam jangka pendek, tapi harus jangka panjang melibatkan seluruh komponen masyarakat.
“Penyelesaian jangka pendek tidak bisa, berarti harus jangka panjang. Karena kemiskinannya yang jadi titik hulu. Untuk mengatasi ini tanggung jawab seluruh komponen,” sebut dia.
Tapi Dinas Kesehatan berkomitmen untuk menurunkan angka stunting yang sudah tentu membutuhkan energi besar dan kerja sama lintas sektor yang kuat.
“Jadi bukan hanya dari sini, dari desa tokoh-tokoh masyarakat juga. Apa fungsi mereka? Bagaimana bisa mencegah anak-anak kita tidak nikah cepat karena masih dalam pertumbuhan. Usia 13, 14 tahun belum waktunya untuk menikah,” kata Rangkuti. (SK)
Sumber: portaldutaradio.com