PANGKALPINANG – Guna mewujudkan kolaborasi dan harmonisasi informasi yang diseminasikan ke masyarakat di Kepulauan Bangka Belitung, Dinas Komunikasi dan Informatika menyelenggarakan Forum Group Discussion Sinergitas dan Koordinasi dalam Diseminasi Informasi Publik dengan Humas/Public Relation se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di Ruang Pasir Padi, Rabu (6/11/2024).
Ketua Tim Pengelola dan Penyedia Komunikasi Publik Diskominfo Provinsi Babel, Leo Randika, yang menjadi narasumber dalam kegiatan ini mengatakan pentingnya kolaborasi untuk mewujudkan harmonisasi guna bersama mewujudkan Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045.
“Intinya kita perkuat kolaborasi guna menyelaraskan metode komunikasi publik agar tercipta harmonisasi melalui pemanfaatan satu portal terintegrasi yang mencakup berbagai saluran dan konten,” ujarnya.
Kolaborasi ini dikatakan Leo, sebagai salah satu strategi dalam mengimplementasikan hasil pemetaan dari RPJMN 2025 Astacita yang merupakan misi Presiden dan Wakil Presiden RI terpilih Prabowo-Gibran yang kemudian diturunkan ke eksekutif, legislatif, yudikatif hingga ke dalam program kerja instansi.
“Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, kita mentransformasikan program tersebut sebagai pesan berupa siaran pers, visual maupun audio visual dan disebarluaskan melalui portal media terintegrasi yakni baca yuk.id yang mencakup berbagai saluran mulai dari media sosial @Diskominfobabel dan e-magazine Maras,” jelasnya.
Strategi media terintegrasi ini dikatakan Leo sebagai salah satu cara agar masyarakat dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan, sekalipun melalui saluran yang berbeda.
“Media terintegrasi ini nantinya diharapkan dapat membangun opini publik yang positif dan meningkatkan kepercayaan publik kepada pemerintah,” ujarnya.
Dirinya mengakui hal ini tidak mudah, karena berdasarkan data yang dirilis oleh Reuters Institute Digital News Report,tingkat kepercayaan responden di Asia Pasifik terhadap berita media massa Tahun 2022, Indonesia berada di urutan 5 terendah di Asia Pasifik hanya 39% yang percaya, artinya 61% di Indonesia tidak percaya kepada media massa.
Selain pemanfaatan portal saluran media terintegrasi, Leo menekankan pentingnya isi konten.
“Content is the king, jika kita bisa mentransformasikan menjadi pesan, kita bisa melakukan hal apapun dalam komunikasi. Di sini pesan dikemas, didesain, di_create_ sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik masyarakat kita, sehingga pesan tersebut menjadi menarik dan menjadi kebutuhan bagi masyarakat,” pungkasnya.
Kegiatan ini dimoderatori oleh Dwi Kristianto sekaligus narasumber terkait pengelolaan media sosial, dan juga menghadirkan narasumber Natasya dengan materi terkait teknik siaran pers, Nurfajar Al Asyari terkait web developer. (*)
Sumber: Dinas Kominfo