PANGKALPINANG — Harga pasir timah yang sangat seksi membuat beberapa masyarakat Bangka Belitung beralih profesi menjadi penambang timah. Harga pasir timah yang terus menerus menaik, membuat para penambang ingin terus menerus menambang. Bahkan tidak memikirkan dampak dari kegiatan penambangan yang mereka lakukan yaitu merusak lingkungan.
Dalam hal ini, Elli Gustina Rebuin selaku Staff Khusus Gubernur Provinsi Bangka Belitung mengatakan disebabkannya harga timah yang seksi, maka lingkungan menjadi isu yang paling hangat.
“Karena orang tidak memandang lagi tempat mereka menambang apa itu di tengah kuburan, di tengah sungai atau di pinggir jalan, di hutan. Apalagi di Hutan Lindung,” ungkap wanita yang akrab disapa Yuk Elli, Senin malam kemarin, (20/12/2021), di Pangkalpinang.
Menurut Yuk Elli, saat ini khususya di Provinsi Bangka Belitung telah terjadi perampasan dan perkosaan terhadap lingkungan yang telah dijaga oleh Pemerintah Daerah selama ini.
“Saat ini telah terjadi Perampasan Perkosaan terhadap Lingkungan yang kita jaga” ucapnya.
Yuk Elli yang juga menjabat sebagai Menteri Gorong-Gorong ini menambahkan seksinya harga timah di Babel ini dikarenakan banyaknya carut-marut oleh oknum-oknum maupun masyarakat yang berdansa.
“Karena banyaknya carut-marut oleh oknum-oknum maupun masyarakat yang berdansa akibat seksinya timah ini,” jelasnya.
“Begitu harga timah seksi maka lingkungan kita akan hancur. Dan jangan kita mengatakan mereka tidak memiliki jiwa untuk menjaga lingkungan tapi sebenarnya mereka punya naluri atau niat sama dengan kita untuk menjaga lingkungan. Kemana larinya ilegal-ilegal ini, harus bertanggung jawab. Timah terlalu seksi,” ujarnya.
“Saya ini staf khusus, tapi pekerjaan saya ini tidak mengeksekusi semua permasalahan yang ada di lapangan baik lingkungan hidup maupun pertambangan dan kehutanan, saya akan laporkan ke Pak Gubernur untuk mengeksekusi atau melakukan gerakan lebih lagi tentang apa yang sedang dilakukan”, katanya.
“Sebenarnya Para Penambang ini ingin memperbaiki Lingkungan, hanya tidak tau kemana memulainya. Akan tetapi disini tugas saya memberikan pemahaman kepada mereka (penambang). Tanpa adanya kegiatan ekonomi yang seksi begini sehingga kita masih tahap wilayah sejahtera,” tutur Yuk Elli.
Dijelaskannya, didalam masyarakat terdapat 2 kelompok, yang pertama masyarakat penambang dan kedua masyarakat non penambang. Semula masyarakat non penambang antipati terhadap kegiatan masyarakat Penambang, dengan adanya sosialisasi gerakan menjaga lingkungan diharapkan dapat memahami untuk dampak Multiple effect yang akan di dapatkan, jadi yang di perlukan adalah besinergi, berintegritas, dan berkomitmen untuk memperbaiki kerusakan lingkungan yang ada.
“Kita berharap dia adalah bapak kita, ibu kita tapi merekalah yang mengajarkan kita untuk kurang ajar” tutup wanita kelahiran Pangkalpinang ini. (*)
Sumber : Pangkalpinang TV