BANGKA BARATHEADLINE

Kasus DBD di Bangka Barat Belum Reda, 19 Pasien Dirawat di RSUD

133
×

Kasus DBD di Bangka Barat Belum Reda, 19 Pasien Dirawat di RSUD

Sebarkan artikel ini
Tim Puskesmas dan Kelurahan Sungai Daeng melakukan survey ke rumah pasien DBD di Kampung Senang Hati, Jum'at ( 24/6 ).

BANGKA BARAT — Kendati cenderung menurun, kasus Demam Berdarah Dengue ( DBD ) di Kabupaten Bangka Barat belum mereda. Masyarakat Kampung Senang Hati RT.02 RW.02 pun dibuat khawatir setelah dua balita di lingkungan mereka terjangkit DBD dan dilarikan ke RSUD Sejiran Setason.

Berdasarkan data kasus DBD per bulan per kecamatan tahun 2022 dari Puskesmas Muntok, bulan Juni lalu di Kelurahan Sungai Daeng terdapat 2 kasus. Angka tertinggi terjadi di Desa Air Putih dengan 4 kasus.

Ketua RT.02 RW. 02 Kampung Senang Hati, Kelurahan Sungai Daeng, Eva Kurnia mengatakan, setelah pihaknya melapor ke Puskesmas Muntok, Lurah Sungai Daeng dan Tim Puskesmas turun ke rumah pasien yang terjangkit DBD untuk melakukan survey.

” Alhamdulillah tadi sudah dilakukan survey bersama Pak Lurah, staff kelurahan dan Tim Puskesmas Muntok ke rumah positif DBD. Ternyata banyak tempat yang menampung air, baskom, ember, tempat makan burung yang bisa menampung air sudah lama tidak diganti airnya berlumut. Itu yang menyebabkan jentik nyamuk,” jelas Eva saat dikonfirmasi, Jum’at ( 24/6 ).

Kasie Pelayanan dan Penunjang Medis, RSUD Sejiran Setason, dr. Mariya Ulfah mengatakan, kendati belum ada kasus kematian, saat ini terdapat 19 pasien DBD yang sedang dirawat di RSUD. Pasien – pasien tersebut rata – rata rujukan dari Puskesmas di kecamatan, tapi ada juga yang datang langsung.

” Ada 19 kasus yang terlaporkan.
Tapi sebagian pasien ini juga rujukan dari PKM PKM yang ada di Bangka Barat. Ada dari Tempilang, Jebus, Simpang Teritip, Mentok dan Kelapa,” jelas dr. Mariya via WhatsApp.

Di lain pihak, Kepala Puskesmas Muntok, Harianto mengatakan, tahun 2022 kasus DBD tertinggi di Kecamatan Muntok terjadi pada bulan Januari dengan 119 kasus dan 2 orang meninggal dunia.

Di bulan tersebut Kelurahan Keranggan mencatat angka tertinggi sebanyak 21 kasus, sehingga dikategorikan rawan DBD.

Di bulan Februari, DBD menurun menjadi 36 kasus dan 1 orang meninggal dunia. Bulan Maret tercatat ada 11 kasus dan 1 meninggal dunia. Bulan April naik ke angka 18 dan Mei turun menjadi 8 kasus. Sedangkan bulan Juni naik lagi 10 kasus, namun sejak April tidak ada lagi pasien meninggal dunia.

” Paling rawan di padat penduduk dan kelurahan. Untuk saat ini berdasarkan data di atas yang paling banyak kasusnya yang paling rawan,” ujar Harianto.

Harianto mengatakan, setelah melakukan survey ke rumah yang terjangkit, pihaknya mengajak masyarakat melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN ), dengan harapan penyakit yang berbasis lingkungan itu bisa dicegah dengan membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS ).

” Kondisi cuaca curah hujan yang masih tinggi menjadi perindukan nyamuk Aedes Aegypti, dan prilaku hidup bersih dan sehat masyarakat kita khusunya di kecamatan Muntok masih rendah belum maksimal. Terbukti setiap kali kita melakukan penyelidikan epidemiologi masih banyak jentik nyamuk di tempat – tempat penampungan air yang tidak bersihkan,” katanya.

” Seharusnya minimal seminggu sekali wajib dikuras yaitu dengan 3M ( menguras , menutup dan mendaur ulang) tempat – tempat penampungan air. Dan ini sering kita edukasi baik secara langsung maupun di media sosial,” sambungnya.

Menurut Harianto, pihaknya telah melakukan langkah – langkah preventif dan promotif dengan mengajak masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat.

” Terkait kasus yang saat ini masih ada tim kita auto respon langsung turun ke lapangan dengan melakukan penyelidikan epidemiologi dan PSN dengan mengajak masyarakat setempat,” tandasnya. ( SK )