HEADLINEPEMPROV BABEL

Kata Safrizal Tentang Festival 7 Likur

459
×

Kata Safrizal Tentang Festival 7 Likur

Sebarkan artikel ini

BANGKA BARAT – Malam di Desa Mancung, Kecamatan Kelapa, Kabupaten Bangka Barat, tampak elok dengan terangnya lampu pelita yang menyala di halaman setiap rumah sepanjang jalanan desa.

Pemasangan lampu pelita ini punya makna tersendiri bagi masyarakat setempat yang dihidupkan pada bulan Ramadan, hingga menjelang bulan Syawal.

Puncaknya, Sabtu (6/4/2024) malam, seluruh masyarakat Desa Mancung merayakan suka cita dengan menggelar tradisi turun-temurun yakni Festival 7 Likur, yang berpusat di Alun-Alun Desa Mancung.

Ribuan masyarakat terlihat meramaikan malam puncak festival budaya yang diselenggarakan Pemerintah Desa Mancung ini.

Tradisi ini identik dengan etnis Melayu yang ditandai dengan pemasangan lampu pelita berbahan bakar minyak tanah menggunakan wadah kaleng, atau botol bekas minuman, atau menggunakan bambu dengan diberi sumbu.

Biasanya dimulai pada 10 akhir Ramadan, atau malam ke-27 hingga menjelang malam takbiran Idulfitri.

Festival budaya ini akhirnya berkembang, dan menjadi agenda wisata di Kabupaten Bangka Barat.

Dalam perayaannya, malam puncak Festival Budaya 7 Likur memperlombakan gerbang api atau lampu likur dengan ukiran-ukiran kaligrafi, berbagai bentuk miniatur bangunan, dan seni bernuansa Islami yang dibangun di setiap perbatasan antar RT di Desa Mancung.

Juga dilaksanakan lomba busana muslim, lomba azan, tilawah, dan hapalan ayat pendek.

Penjabat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Safrizal Zakaria Ali, yang hadir pada malam puncak Festival Budaya 7 Likur merasa takjub dengan tradisi yang juga dalam rangka memperingati malam lailatul qadar, yang dipercaya sebagai malam istimewa bagi umat Islam.

“Hari ini kita memasuki hari ke-27 menjalankan ibadah puasa, yaitu minggu terahir bulan Ramadan. Di Desa Mancung yang kita banggakan ini dilaksanakan tradisi 7 likur yang sudah menjadi event budaya tahunan. Tradisi ini merupakan pesan, dan menghantarkan kuatnya makna dan nilai budaya di masa mendatang,” ungkap dia.

Disebutkan Safrizal, Festival Budaya 7 Likur menjadi gambaran Bangka Belitung begitu beragam akan khasanah budayanya, yang perlu dilestarikan agar tidak punah ditelan zaman, dan tidak terlupa oleh generasi.

“Salah satunya adalah melakukan pemeliharaan budaya dengan terus mengembangkan tradisi yang dimiliki di setiap daerah. Marilah kita bersama menjaga, dan melestarikan budaya daerah dengan ikut serta mencintai, dan mendukung Desa Mancung dalam acara ini,” kata dia.

“Harapannya, ke depan Festival Budaya 7 Likur dapat diusulkan dalam penetapan warisan budaya tak benda Indonesia,” pungkasnya.

Pada malam itu dilaksanakan penggalangan dana bagi warga Palestina oleh para relawan Lembaga Kasih Palestina. Safrizal serta seluruh masyarakat yang hadir di Alun-Alun Desa Mancung turut mengulurkan rezeki untuk saudara di Negeri Gaza. (*)

Sumber: Dinas Kominfo