BANGKA BARATHEADLINE

Masrura Sentil Soal Madu Pelawan, Begini Tanggapan Wabup Babar

72
×

Masrura Sentil Soal Madu Pelawan, Begini Tanggapan Wabup Babar

Sebarkan artikel ini
Bong Ming Ming. Foto: SK

BANGKA BARAT – Wakil Bupati Bangka Barat, Bong Ming Ming, angkat bicara menanggapi soal madu pelawan di Desa Simpang Tiga, Kecamatan Simpang Teritip yang disentil Masrura Ram Idjal.

Mewakili Pemda Bangka Barat, Bong Ming Ming mengucapkan terimakasih atas kepedulian Masrura terhadap madu pelawan di Desa Simpang Tiga.

Beberapa hal disoroti Bong Ming Ming dari pernyataan wanita Bakal Calon Bupati Bangka Barat yang akan bersaing di Pilkada 2024 itu.

“Dari berita yang kami dapat ada beberapa poin yang kami tangkap, yaitu pertama soal madu pelawan Desa Simpang Tiga yang tidak punya pasar untuk menjualnya. Kemudian madunya dibeli oleh kabupaten lain dengan harga murah, lalu dijual oleh mereka dengan harga sejuta lebih,” kata dia, Minggu (21/7/2024).

“Dan pemda harusnya turun tangan dalam beberapa hal mulai pemasaran dan pelatihan, serta hutan pelawan bisa jadi kawasan wisata pelawan,” sambungnya.

Menanggapi kecemasan dan kekhawatiran Masrura, Wabup petahana ini mengatakan, hutan pelawan di Bangka Barat tidak hanya ada di Desa Simpang Tiga saja, namun ada di beberapa tempat lain yang luasnya hampir sama.

Dan menurut Bong Ming Ming, hasil dari hutan pelawan bukan hanya madu, ada juga kulat atau jamur pelawan yang harga bisa mencapai angka jutaan per kilogram.

“Harga kulat atau jamur pelawan kering itu bisa sejuta lebih per kilogram, namun di antara dibandingkan harga madu lain, madu pelawan mempunyai harga yang jauh lebih tinggi,” jelasnya.

Selain itu kata Bong Ming Ming, ada juga madu kelulut yang pasarannya sudah meluas kemana-mana. Bedanya, madu pelawan tergantung musim, sedangkan madu kelulut bisa produksi sepanjang waktu.

“Bahkan kalau madu kelulut mereka sudah sampai pada produksi royal jellynya, seperti yang disampaikan oleh Ibu Masrura. Pasaran madu pelawan di masyarakat, khususnya madu pelawan paling murah 300-600 ribu rupiah perbotol. Tanpa kemasan apapun, karena madu ini memang sudah terkenal sejak dulu,” terang politisi Partai Keadilan Sejahtera ini.

Dijelaskan Bong Ming Ming, Pemda Bangka Barat mempunyai program rapat koordinasi dengan kepala desa setiap dua bulan sekali, hal yang dibahas adalah potensi masing-masing desa dari semua sisi.

Kemudian itu disinergikan dengan program Pemda Bangka Barat, sehingga bisa memaksimalkan semua potensi yang ada, baik lewat BumDes masing-masing desa maupun Kelompok Sadar Wisata atau pokdarwis.

Mulai dari sekolah BumDes hingga pelatihan-pelatihan, juga sampai membantu pemasaran produk mereka termasuk madu pelawan yang ada di Desa Simpang Tiga.

“Khusus Desa Simpang Tiga, mereka bahkan sudah punya branding sendiri untuk madu mereka yang dibina langsung oleh Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan dan dibantu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, sampai Desa Simpang Tiga mendapatkan penghargaan dari pusat,” jelas dia.

Dan salah satu hal yang tidak kalah pentingnya menurut Bong Ming Ming, adalah menjaga kelestarian hutan pelawan itu sendiri, yang mana banyak hutan pelawan di Bangka Barat berada di kawasan hutan produksi, termasuk yang ada di Desa Simpang Tiga.

“Makanya dari waktu saya masih anggota DPRD provinsi dulu sampai saat ini, hal yang kita perjuangkan adalah kelestarian hutan pelawan itu sendiri, baik dengan mengedukasi masyarakat, untuk sama menjaga kelestarian hutan pelawan, sampai pada advokasi berkenaan melindungi hutan pelawan ini jangan sampai dengan dirambah oleh pemilik konsesi perusahaan HTI,” tutupnya. (SK)

Sumber: portaldutaradio.com