HEADLINEPEMPROV BABEL

Menjaga Toleransi Saat Berinteraksi di Ruang Digital

40
×

Menjaga Toleransi Saat Berinteraksi di Ruang Digital

Sebarkan artikel ini
Foto: Dinas Kominfo

Berinteraksi di ruang digital memiliki sifat tiada batas. Setiap individu diberikan kesempatan untuk berinteraksi melalui platform media sosial dengan banyak orang yang memiliki kultur atau budaya, standar berpikir, dan latar belakang (suku, geografis, agama) berbeda.

Dengan kehadiran platform media sosial, mampu memangkas hambatan ruang dan waktu untuk berinteraksi. Namun, timbul konsekuensi dari semua kelebihan ini, yang disebabkan kurangnya kontrol terhadap diri saat berinteraksi secara digital jika dibandingkan dengan saat berinteraksi secara langsung.

Antara lain sifat anonim yang membuat sebagian pengguna merasa tidak memiliki konsekuensi atas perilakunya di ruang digital. Maka, tak heran belakangan ini timbul isu perpecahan antar umat beragama yang berawal dari provokasi melalui media sosial.

READ  Ternyata Toboali Kota Tertua di Babel
READ  Kasus Pengeroyokan di Bukit Dealova, 2 Orang Sudah Ditangkap

Ada beberapa oknum yang sengaja memancing amarah melalui isu SARA di media sosial, yang disebabkan oleh perbedaan pendapat, yang mana itu seharusnya pendapat saling menghormati, bukannya saling memaki.

Di lain waktu, intoleransi bisa muncul dalam bentuk disinformasi yang disebarluaskan dengan tujuan mempengaruhi opini publik. Dalam kasus lainnya, pelebaran perbedaan bisa menciptakan polarisasi dalam pandangan politik, yang pada gilirannya dapat mengancam stabilitas sosial.

Hal itu menyebabkan toleransi mulai terganggu dengan maraknya propaganda radikalisme, ujaran kebencian dan kebohongan di dunia maya. Banyak contoh kasus aksi persekusi, aksi radikalisme, bahkan aksi terorisme yang dipicu oleh provokasi di media sosial dan dunia maya.
READ  Fery Sambut Kunker Darmansyah Husein, Bahas Persiapan Pilkada
READ  Masterplan Basel Smart City Mulai Disusun

Padahal jika setiap pengguna media digital memiliki sikap dan perilaku yang berdasarkan pada nilai-nilai kebangsaan, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, maka akan lahir masyarakat digital Indonesia yang sehat dan produktif.

Kita juga harus memiliki pemahaman bahwa interaksi di dunia maya atau internet harus diperlakukan sama seperti halnya masyarakat berkomunikasi di dunia nyata.

Maka dari itu, masyarakat tetap harus menjaga etika saat berselancar dan menyelami dunia maya selayaknya tengah melakukan komunikasi dengan masyarakat di lingkungan sosial sehari-hari.
READ  Sambut 1 Muharram 1444 H, Algafry Lakukan Safari Khataman Alquran di Tiga Desa
READ  Tuan Rumah Bangka Barat Naik Peringkat 2

Terdapat 5 tips aman berinteraksi untuk menjaga toleransi di ruang digital, antara lain:

1.      Gunakan bahasa yang sopan
Selalu gunakan bahasa yang sopan saat berinteraksi di ruang digital. Lihat kembali kepada siapa kita berinteraksi, apakah guru, dosen, orang yang lebih tua, atau teman.

2.      Bijak dalam menyebarkan informasi
Jangan asal berbagi unggahan di media sosial. Namun saring segala informasi sebelum menyebarkanya dan ketahui bahwa hal tersebut benar.

3.      Buat konten daripada komen
Buat konten yang produktif, daripada lebih banyak mengomentari unggahan orang lain yang tidak bermanfaat isinya.
READ  Target Selesai Sebelum Sholat Jumat
READ  Pelatihan Peningkatan Kompetensi di Bidang Jurnalistik Kehumasan

4.      Belajar menghargai orang lain
Ketika sedang ada di ruang digital, di rapat virtual atau live streaming hargailah waktu orang yang sedang berbicara.

5.      Instropeksi
Sebelum posting, selalu bertanya kepada diri sendiri apakah unggahan yang disebarkan bersifat positif dan bermanfaat untuk orang lain ketahui? Jika tidak ada manfaatnya sebaiknya urungkan niat tersebut.

Pada intinya, kesadaran akan pentingnya etika moral sebagai landasan dalam pergaulan di ruang digital juga merupakan hal wajib. Bijaklah berkomunikasi digital dengan menghargai perasaan dan memperlakukan pengguna ruang digital lain secara baik serta menerapkan kesantunan.
READ  Selamat, Nata Sumitra Resmi Jadi Anggota Dewan
READ  Jadikan Semangat Pahlawan Sebagai Inspirasi

Di sisi lain, untuk mengatasi masalah intoleran di ruang digital, platform media sosial harus mengimplementasikan kebijakan ketat untuk melawan pelebaran intoleransi dan mendukung dialog yang konstruktif.

Misalnya menghapus konten yang merugikan dan merusak, serta memblokir atau menghukum akun yang secara teratur menyebarkan intoleransi.

Selain itu, platform-platform ini juga dapat mempromosikan dialog yang konstruktif dengan mengadakan diskusi dan forum yang mendorong berbagai pandangan.
READ  Gebong Memarong Harus Dilestarikan Sebagai Kekayaan Budaya Daerah
READ  Suganda Diharapkan Dapat Hadir Menerima Penghargaan

Akhirnya, tanggung jawab juga ada pada masyarakat. Masyarakat juga harus aktif berperan dalam mempromosikan toleransi dan saling pengertian di media sosial.

Ini bisa dilakukan dengan cara memoderasi komentar dan konten yang merugikan, serta berpartisipasi dalam diskusi positif. Jika kita semua aktif berperan dalam membentuk lingkungan online yang lebih positif dan inklusif, maka kita dapat bersama-sama mengatasi intoleransi di media sosial. (*)

Sumber: Dinas Kominfo