HEADLINEPEMPROV BABEL

Penjabat Gubernur Minta Semua Lini Bersinergi

76
×

Penjabat Gubernur Minta Semua Lini Bersinergi

Sebarkan artikel ini

PANGKALPINANG – Kasus kekerasan terhadap anak di Bangka Belitung tahun 2022 telah menelan korban sebanyak 134 orang, dan semester 1 tahun 2023 sudah mencapai 75 orang.

Jumlah ini dikatakan Penjabat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Suganda Pandapotan Pasaribu, hanya yang terdata atau yang dilaporkan saja, tetapi realnya lebih dari itu.

Kabar itu diungkapkan Suganda saat membuka kegiatan pencegahan kekerasan terhadap anak yang melibatkan para pihak lingkup daerah provinsi dan lintas daerah kabupaten / kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Kegiatan yang diikuti oleh 40 peserta itu digelar di Hotel Cordela, Kota Pangkalpinang, Rabu (26/7/2023).

“Maraknya kekerasan pada anak ini harus menjadi konsen kita. Bagaimana tidak, tindakan kekerasan pada anak tanpa disadari banyak terjadi di sekitar kita, bahkan dilakukan oleh orang terdekat,” ungkap dia.

Untuk itu Suganda berharap semua lini secara masif dan proaktif bersinergi memberantas faktor pemicu mulai dari akarnya.

Suganda mengibaratkan kekerasan pada anak layaknya seperti lingkaran setan. Karena pemicunya sangat banyak. Di antaranya kondisi ekonomi, pendidikan, lingkungan, sosial, bahkan latar belakang orangtua, termasuk salah satunya usia pernikahan dini.

“Keberadaan Bapak / Ibu di sini saya harap bisa berkolaborasi menyelamatkan anak anak kita. Karena kepada anak – anak inilah akan kita titipkan bangsa dan negara, khususnya Negeri Serumpun Sebalai ini. Jadi cintailah mereka,” kata dia.

Senada dengan Suganda, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Kependudukan Pencatatan Sipil dan Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Provinsi Kepulauan Babel, Asyraf Suryadin menuturkan, penyelenggaraan kegiatan ini merupakan komitmen pemerintah dalam merangkul semua pihak, agar ikut berpartisipasi mengentaskan dan mencegah kasus – kasus kekerasan pada anak.

Adapun tujuannya pertama untuk menguatkan kapasitas masyarakat dalam upaya meningkatkan pencegahan dan melakukan upaya perlindungan pada anak.

Kedua, memberikan informasi, sosilisasi dan edukasi tentang norma sosial, dan praktik budaya yang untuk mencegah tindak kekerasan.

Ketiga, memotivasi stakeholder bidang anak untuk berperan aktif.

“Terakhir, mendiskusikan tantangan dan hambatan dalam menjalankan program kebijakan partisipasi perlindungan anak berbasis masyarakat.,” tuturnya.

Lebih lanjut Asyraf mengungkapkan, tindak pencegahan kekerasan kepada anak ini pun harus dilakukan bersama secara masif. Mengingat jumlah anak di Babel ini ada sekitar 31 persen dari 1,5 juta penduduknya.

“Untuk itu, saya berharap kita terus bersinerg untuk peduli terhadap perlindungan anak dari tindak kekerasan dan diskriminasi,” pungkasnya. (*)


Sumber: Dinas Kominfo