BANGKA BARAT — Ketua Forum Masyarakat Desa Bakit Bersatu, Bachtiar mewakili para penambang mengatakan, maraknya aktivitas penambangan di perairan Teluk Kelabat Dalam pada fakta dan kenyataannya tidak bisa dibendung dengan segala tenaga dan cara.
Bahkan menurut pengakuannya, sebelumnya ia merupakan salah seorang yang menolak penambangan di Teluk Kelabat Dalam dan turut serta dalam aksi unjuk rasa hingga hampir bentrok dengan para preman.
Menurut Ketua Koperasi Produsen Putra Samudera ini, persoalan yang timbul antara nelayan dan penambang diawali dengan rencana mereka untuk membuka lahan penambangan di perairan Desa Bakit. Pertimbangannya, aktivitas tambang yang sudah ada sudah semakin dekat dengan wilayah desa mereka.
” Ada istilah takut mereka menggarap sementara kita nggak dapat apa-apa,” ujar Bachtiar pada audiensi nelayan dan penambang bersama Forkopimda di Ruang Rapat OR II Setda Bangka Barat, Selasa ( 8/6 ).
Selanjutnya, mereka mengajak tokoh – tokoh masyarakat, pemuda dan para pelaku tambang untuk membentuk kepanitiaan dan hal itu telah dibahas dalam rapat. Dia sendiri mengaku tidak mempunyai unit Tambang Inkonvensional. Namun rencana tersebut menimbulkan permasalahan sehingga dibawa dalam audiensi di Pemda Bangka Barat.
” Dan ini pun sebenarnya masalah rumah tangga Desa Bakit asli dan yang diundang disini ( OR II, Setda Bangka Barat ) benar, Kepala Desa Bakit, Ketua BPD Bakit, perwakilan nelayan Bakit, perwakilan penambang. Tapi anehnya ada orang-orang yang bukan orang Bakit,” tukas Bachtiar.
Menurut dia, mereka telah melakukan survey dan rapat, faktanya sekitar 70 persen masyarakat Desa Bakit, khususnya pelaku tambang, non penambang, bahkan sebagian nelayan dan bukan nelayan menyetujui rencana untuk membentuk kepanitiaan tersebut.
” Maka dari itu lah kami bentuk sehingga persoalan mencuat ke sini. Tetapi pembentukan itu belum langsung action tapi kita baru perencanaan – perencanaan,” katanya.
Adapun tujuan utama mereka untuk ikut menambang di Teluk Kelabat Dalam, menurut Bachtiar ingin memberikan kontribusi kepada desa, seperti membangun masjid, bantuan tunjangan warga yang sakit, operasional ambulan serta tunjangan kematian.
” Kita sekarang operasi ambulan door to door, tunjangan orang sakit yang sudah parah itu tour to door, tunjangan kematian juga door to door. Jadi kita sebenarnya sudah memikirkan ke arah yang lebih jauh,” cetus dia.
Disamping itu, ia minta para nelayan memikirkan juga para penambang yang ingin mencari makan. Menurut Bachtiar, jumlah penambang di Desa Bakit lebih banyak daripada nelayannya.
” Lalu imbasnya, satu TI itu bisa saja katanya ibu – ibu yang nyanting itu, banyak imbas ekonominya. Kenapa sih nelayan heboh banget? Seolah-olah mereka lah yang harus makan penambang nggak boleh makan,” tandas dia.
” Maka berpikir lah bijak saudara – saudaraku yang nelayan. Jangan mau kita disabung, diadu domba oleh orang – orang diluar desa kita,” sambung Bachtiar. ( SK )