BANGKA — Sorgum, bahan makanan pegganti beras mulai dilirik para petani di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Bahan makanan kaya serat dan multivitamin ini, kini menjadi primadona di kalangan petani, yang mulai bergeser membudi daya tanaman Sorgum.
Ketua Asosisasi Penggiat Sorgum Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Dedy Hartadi, Minggu sore (31/1/2021) mengatakan, saat ini APSI sudah bekerja sama dengan PT. Elang sebagai mitra untuk menampung Sorgum di Babel.
“1997 Kami sudah belajar Sorgum, dan kami kembangkan. Dan 2012 hingga 2014, saya pulang ke Bangka Belitung. Saya melihat Sorgum bisa menjadi potensi, dan peluang menjawab permasalahan ketahanan pangan disini. Dan sejak 2018 mulai booming disini,” ungkap Dedi.
Menurutnya, awal masuk di Babel ada 3 pertanyaan yang diajukan para petani, yakni kepastian harga, siapa yang akan menampung dan berapa biaya operasionalnya?
“Ada pola kemitraan yang dilakukan oleh PT. Elang. Mengenai kepastian harga sudah ada perjanjian yang diatur, kami sudah sepakati besarnya harga dan Babel merupakan harga sorgum tertinggi dari provinsi lain. Saat ini pasokan Sorgum dari tingkat petani masih jauh dari cukup. Ya, baru sekitar nol koma sekian lah, sementara permintaan banyak. Itu baru permintaaan di tingkat lokal, belum di luar daerah. Satu hektar lahan untuk Sorgum bisa mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp. 35 juta per tahun, untuk 3 kalu panen. Jadi satu pohon ini bisa untuk 3 – 4 kali panen,” bebernya.
Saat ini, kata Dedi, petani Sorgum terbanyak tersebar di Kecamatan Belinyu, yang sudah mempersiapkan 3.000 hektar lahan, namun baru ditanam sekitar 100 hektar, dengan target panen raya perdana jatuh pada Mei 2021 nanti.
Saat ini Asosiasi Penggiat Sorgum bekerja sama dengan HKTI Kecamatan Belinyu, sedang fokus penanaman di wilayah Belinyu dan melakukan edukasi terhadap para petani Sorgum.
“Saat ini kelompok asosiasi 3 dan 4, sudah kami sepakati menjadi center sorgum. Di Belinyu terbesar, dan disusul di Desa Paya Benua, Puding dan Sungailiat. Itu untuk wilayah Kabupaten Bangka. Ada lagi di Bangka tengah. Sementara untuk lahan kita sudah berkoordinasi dengan Inhutani, Pemda, serta PT. Timah, juga para petani dengan lahan pribadi. Untuk bibit memang awalnya kita mendatangkan bibit dari luar, sambil kita cari di Babel yang asli Bangka dan kita lakukan persilangan. Alhamdulillah berhasil. Dan saat ini kami sudah siapkan bibit sesuai permintaan dari PT. Elang,” jelasnya.
Keuntungan bagi para petani yang bergabung dalam asosiasi, selain penambahan pendapatan, tentu saja disiapkan tenaga ahli dan penyuluh, serta tim hama untuk permasalahan tehnis dalam budidaya sorgum. Saat ini, Babel baru memiliki 11 varity dari 33 varitu sorgum, dan PT. Elang baru memproduksi tiga macam produk seperti beras, tepung dan nira.
Kabar baiknya, Sorgum yang dikenal sebagai tanaman anti badai ini, cocok dibudidaya di berbagai lahan, sesuai karakter dan varitynya. Dan sangat tepat bagi petani pemula dan malas.
Untuk panen dalam lahan satu hektar tanpa perawatan intensif, tanaman ini dapat menghasilkan 2 ton Sorgum. Bila dengan perawatan maksimal Sorgum dapat menghasilkan 6 – 7 ton per hektar, dengan harga jual terendah berkisar Rp. 5.000 per kilogram.
“Sorgum ini saya bilang tanaman orang malas. Tanam Sorgum tetap jadi duit. Tidak rewel, masa panen pendek, minimal dua bulan sudah panen. Selain PT. Elang, kami juga berharap ada industri kecil menangkap peluang ini. Dan saat ini kami membutuhkan 200 ton sorgum beras, 20 ton tepung Sorgum tiap bulannya,” imbuhnya.
Sorgum yang direkomendasikan untuk anak penderita autis, diabetes, jantung dan lain – lain ini, masih membutuhkan para petani penggiat Sorgum untuk mencukupi kebutuhan konsumen di tingkat lokal hingga eksport. Saat ini baru sekitar 1.500 hektar lahan yang ditanami Sorgum, dan masih jauh dari kecukupan permintaan yang sangat tingggi.
Masih kata Dedi, lokasi penanaman Sorgum bisa dilakukan di sawah, pinggir pantai, lahan eks tambang, hingga pada lahan perbukitan dengan karakteristik masing masing Sorgum. Dan tanaman ini pun hanya membutuhkan pupuk jenis organik. Saat ini APSI dan PT. Elang sudah bekerjasama dengan Rumah Aspirasi, untuk mencukupi kebutuhan pupuk organik Para petani.
“Selama ini kami sebagai pembuat sistem, kami punya program modelnya. Apa yang menjadi kendala di tingkat petani, nanti ada skemanya. Misalnya mengenai modal, nanti ada pemodal menyerahkan kepada masyarakat berkaitan dengan modal KUR, selama ada penjamin, dan ada kerjasama antara petani dan asosiasi,” terangnya.
Asosiasi menjamin bagi anggotanya, akan menampung hasil panen sekecil apapun lahannya, dan tetap akan memberikan edukasi.
“Mau 10 meter persegi yang penting dia tanam. Kalo masuk asosiasi tetap kami beli. Mau tanam depan rumah, tanah kavling, ini cara kami untuk menolong masyarakat,” demikian Dedi. (Romlan)