YOGYAKARTA — Adet Mastur berharap agar kawasan hutan di Bangka belitung dapat termanfaatkan dengan baik, sehingga dapat menumbuhkembangkan ekonomi masyarakat dan berkontribusi bagi Pendapatan asli daerah.
“DIY dengan luas kawasan hutannya hanya sekitar 15 ribuan hektare, bisa menghasilkan pendapatan bagi daerah hingga miliaran rupiah. Sedangkan di Bangka Belitung kawasan hutannya itu ratusan ribu herktare, tetapi tidak menghasilkan pendapatan asli daerah,” ungkap Adet disela-sela kunjungan ke Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole di Desa Gading Playen, Gunung Kidul, Yogyakarta, Selasa (11/10).
Adet mengatakan, pansus izin pengelolaan pemanfaatan kawasan hutan DPRD Babel belajar ke Yogyakarta, bagaimana cara pengelolaan pemanfaatan kawasan hutan yang dilakukan oleh Pemprov DIY?
“Setelah kita lihat, mereka punya potensi kayu putih, ini bisa menghasilkan minyak kayu putih untuk kesehatan. Sebetulnya kita di Bangka belitung banyak juga kayu putih, kalau di Bangka Belitung itu namanya kayu gelam, itu potensi kenapa tidak kita kembangkan?” kata dia.
Untuk itu, pansus akan segera menggelar rapat koordinasi bersama pihak terkait seperti DLHK Babel, diharapkan agar potensi yang dimiliki kawasan hutan di Babel dapat dikelola dan dimanfaatkan sebagai pendapatan daerah.
“Kayu putih bukan hanya daun, tetapi rantingnya juga dimanfaatkan untuk mendapatkan minyak dalam proses penyulingan. Ini yang akan kita lakukan ke depan. Jogja sangat luar biasa dengan memanfaatkan kawasan hutan yang kecil, tetapi bisa menghasilkan PAD yang luar biasa besar diangka 11 miliar, dari kawasan hutan itu saja,” pungkasnya.
Sebelumnya, Rosidi, Kepala Pabrik Minyak Kayu Putih Sendang Mole menjelaskan, pabrik tersebut mulai beroperasi sejak tahun 2010, yang dikelola langsung oleh Balai KPH DLHK DIY dan dibiayai melalui APBD Pemprov DIY.
Keberadaan pabrik minyak kayu putih yang melibatkan masyarakat mulai dari penanaman, bekerja menjadi pemungut daun, hingga proses penyulingan di Pabrik.
Selain itu, untuk limbahnya dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan bakar dan bahan baku untuk usaha pabrik tahu masyarakat sekitar, yang diberikan secara gratis.
” Kami bekerja sama dengan mitra, itu yang diisi orang sekitar sini. Jadi kita memanfaatkan warga masyarakat sekitar,” ujarnya.
Pabrik minyak kayu putih tersebut memiliki kapasitas produksi 18 ton daun per hari. Memiliki tiga bak atau ketel dengan kapasitas satu 2 ton. Jadi sekali masak membutuhkan bahan baku 6 ton. Dan 1 ton bisa menghasilkan minyak sekitar 7-9 liter.
” 8 jam sekali masak. Prosesnya itu ada penimbangan sama memasukkan itu 2 jam, nanti proses pengangkatan 2 jam, destilasinya itu 4 jam,” terangnya.
Untuk diketahui, Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Balai KPH DIY sebagai pengelola kawasan hutan produksi dan hutan lindung dengan luasannya kurang lebih 15.581 Ha, turut menyumbang kontribusi kepada pendapatan asli daerah sekitar Rp 10 – 11 Miliar per tahun dari hutan kayu putih. (*)
Sumber: Setwan