BANGKA TENGAH — Pejabat Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Ridwan Djamaluddin menyebut perkebunan kelapa sawit dan pertambangan timah bisa memicu berkembangannya nyamuk. Sehingga dapat menyebabkan penyakit seperti malaria, cikungunya dan lainnya.
Untuk itu, ia meminta dari Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI untuk mengirimkan timnya ke Babel.
Ke depan, Pemerintah Provinsi Bangka Belitung akan mengumpulkan para pegiat perusahaan pertambangan dan kelapa sawit, supaya mereka tahu caranya mengendalikan nyamuk di lokasi kegiatan.
“Nanti kita cari tahu korelasi langsung sebab akibatnya. Kalau memang ada, kita akan kerahkan penyuluhan pada level profesional. Kita akan bekerja sama juga dengan kepala desa agar mengendalikan di lapangan,” kata Ridwan, seusai menghadiri peringatan Hari Pengendalian Nyamuk (HPN) 2022 dengan tuan rumah Bangka Belitung, di Soll Marina Hotel, Pangkalpinang (15/11/2022).
Selain itu, kata dia, jika kegiatan pertambangan dilakukan secara legal, maka pengendalian nyamuk di lokasi usaha mereka diwajibkan.
“Persoalan kita di Belitung Timur, Bangka Barat, serta Bangka Selatan, banyak kegiatan pertambangan ilegal yang kita gak tahu kita mau marahin sama siapa kalo mereka bikin pertambangan ilegal ini. Tapi intinya mari kita kendalikan sama-sama,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Ditjen P2P Kemenkes RI, Yudhi Pramono mengatakan, nyamuk ini bisa berkembang di mana saja. Misalnya daerah rawa-rawa juga menjadi tempat hidup nyamuk, sehingga agar nyamuk ini tidak bergeser ke pemukiman harus diberantaskan sarangnya.
“Jadi perkebunan yang banyak itu kita harus lakukan pembersihan pengendalian di sana,” ucap Yudhi. (Dika)