HEADLINERAGAM

Hasil Sementra, Prabowo-Gibran Unggul di Banyak Lembaga Survey

331
×

Hasil Sementra, Prabowo-Gibran Unggul di Banyak Lembaga Survey

Sebarkan artikel ini
Tangkapan layar Quick Count Pemilu 2024

JAKARTA – Hasil quick count atau hitung cepat sejumlah lembaga survei dengan data masuk lebih dari 80% menyatakan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming unggul sementara.

Ketua Umum Gerakan Sekali Putaran (GSP) M. Qodari, melihat hasil quick count di semua lembaga survei kredibel bisa dipastikan Prabowo-Gibran sudah memenangi kompetisi di Pilpres 2024 sekali putaran di angka 58%.

“Jadi hasil quick count ini kan sudah 80%, kalau melihat angka itu sih menurut saya tidak akan berubah ya bahwa Prabowo-Gibran menang sekali putaran dengan angka sekitar 58%”, kata M. Qodari dalam keterangannya, Rabu (14/2/2024).

Diketahui, aturan pilpres bisa berlangsung satu atau dua putaran tertuang dalam Pasal 6A ayat (3) dan (4) UUD Tahun 1945.

Pilpres satu putaran bisa terwujud dengan syarat paslon presiden dan wakil presiden mendapatkan suara lebih dari 50 persen dengan sebaran suara sedikitnya 20 persen suara di setiap provinsi dan tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia (20 provinsi).

Dalam konteks itu, Qodari meyakini dengan melihat hasil quick count, paslon nomor urut 02 itu memenuhi syarat untuk menang sekali putaran.

“Kembalikan saja kepada aturan konstitusi dan aturan undang-undang. Yang jelas saya yakin syarat 50% terpenuhi dan syarat mendapatkan suara minimal 20% di separuh provinsi juga terpenuhi,” jelasnya.

Menurutnya, berdasarkan pengalaman dari penyelenggaraan pilpres sebelumnya, hasil quick count tidak akan jauh berbeda dengan hasil real count yang akan dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Lebih dari itu, hasil dari lembaga survei semuanya menunjukkan hasil quick count bahwa Prabowo-Gibran jauh ungguli para pesaingnya.

“Kita kan sudah pilpres dan quick count dari tahun 2004, jadi sudah 4 kali dan semuanya terbukti benar dan akurat. Jadi saya tidak melihat ada alasan bahwa itu akan berbeda pada kali ini khususnya karena semua lembaga survei itu semua hasilnya dan jumlah lembaga surveinya juga banyak sekali jadi rasa-rasanya sih ini akan benar,” ucapnya.

Qodari bersyukur sebagai orang yang pertama kali menggelorakan gerakan pilpres sekali putaran ini bisa terwujud, walaupun ada pro dan kontra, tapi pada hari ini gagasan itu terbukti nyata.

“Alhamdulillah senang sekali sebagai orang yang pertama kali menyuarakan pilpres sekali putaran semenjak awal November, terbukti pada hari ini walaupun ada pro dan kontra dengan saya, tapi nyatanya memang ini sekali putaran,” paparnya.

“Tetapi saya bisa mengatakan hal ini karena saya kan sudah biasa melihat data, saya sudah melihat bahwa pada akhir Oktober ketika Prabowo-Gibran berpasangan itu angkanya sudah menunjukkan potensi sekali putaran dan ternyata pada hari ini betul terjadi,” imbuhnya.

Qodari yang juga Direktur Eksekutif Indo Barometer itu membeberkan tiga alasan tercapainya gerakan sekali putaran.

Pertama, yaitu pengaruh dari sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memiliki tingkat kepuasan 80 persen dalam memberikan dukungannya kepada Prabowo-Gibran.

“Tentu pengaruh Pak Jokowi yang begitu besar dalam pilpres sekali ini di mana tingkat kepuasan pada Pak Jokowi 80 persen dan yang tidak puas 20 persen suara, yang tidak puas 20 persen ini kan ke Mas Anies yang puas itu tadinya ke Ganjar tetapi pelan-pelan makin banyak yang bergeser kepada Pak Prabowo, alasannya keberadaan Mas Gibran” jelasnya.

Kedua, lanjut Qodari, Ganjar dan PDI Perjuangan kerap menyerang Presiden Jokowi yang pada akhirnya membuat relawan dan pendukung Presiden Jokowi mengalihkan dukungannya dari awalnya ke Ganjar kini bermigrasi ke Prabowo.

“Mas Ganjar dan PDI selalu dan banyak menyerang Pak Jokowi, akhirnya para pecinta atau penggemar simpatisan Pak Jokowi melarikan suaranya kepada Prabowo. Dan kalau kita melihat gabungan suara Prabowo dan Mas Ganjar itu kan sekitar 75 persen, jadi gak jauh lah dari tingkat kepuasan sekitar 80 persen itu,” urainya.

Alasan ketiga, kata Qodari, aksi dari relawan Gerakan Sekali Putaran (GSP) yang bergerak di seluruh Indonesia mendapat sambutan positif dari masyarakat luas, ditambah gagasan ini juga turut didukung oleh elit partai, para relawan dan berbagai elemen lainnya.

“Yang berikutnya lagi adalah adanya gerakan sekali putaran yang saya pelajari dan dibantu oleh teman-teman relawan dan kemudian diikuti oleh partai politik dan alhamdulillah dukungan kepada gerakan sekali putaran ini atau pilpres sekali putaran itu luas dan semakin meningkat. Kita lihat bagaimana terakhir survei dari Lingkaran Survei Indonesia dan lembaga-lembaga lain menunjukkan mereka yang mau sekali putaran itu angkanya mencapai 80 persen,” ucapnya.

Dengan hasil ini, Qodari menyampaikan bahwa kemenangan Prabowo-Gibran sekali putaran adalah realitas suara mayoritas masyarakat yang menginginkan Pilpres 2024 ini selesai sampai 14 Februari saja.

“Inilah realitas pilihan politik masyarakat Indonesia, jangan di-frame pakai imajinasi, pakai fiksi atau imajinasi politik yang keluar dari realitas politik masyarakat Indonesia itu. Karena masyarakat Indonesia sebagai pemilik mandat kekuasaan tertinggi tentunya akan marah dan vis a vis itu akan berhadapan dengan rakyat,” ungkapnya.

“Jadi diterima sebagai sebuah realitas tentunya kita akan menunggu hasil resmi dari KPU tetapi balik lagi melihat pengalaman sebelumnya tentunya akan ketahuan hasilnya,” tambahnya.

Untuk selanjutnya, Qodari berharap setelah kontestasi ini selesai semuanya kembali bersatu dan mau melakukan rekonsiliasi nasional.

“Pesan bagi politisi dan para kandidat capres-cawapresnya ya saya kira ya diterima lah ini sebagai sebuah kehendak masyarakat dan kalau anda kemudian macam-macam maka anda akan berhadapan dengan rakyat banyak,” tegasnya.

“Jadi saya kira ikhtiar rekonsiliasi itu sangat relevan dan sangat penting pada hari ini mudah-mudahan bisa rekonsiliasi secepatnya elit capres-cawapres partai politik dan semua elit-elit yang lain lah demi kebaikan bangsa dan negara,” lanjutnya.

Apalagi dalam waktu dekat masyarakat Indonesia akan menyambut bulan puasa dan Idul Fitri sehingga menjadi momentum yang pas untuk melakukan rekonsiliasi.

“Apalagi kemudian bulan depan kita sudah masuk bulan Ramadan dan setelah itu sudah masuk Idul Fitri tentunya momentum yang sangat pas untuk mencapai suatu rekonsiliasi nasional dan kita bisa melanjutkan kehidupan, melanjutkan pembangunan,” jelasnya

“Dan saya kira ini transisi yang sangat bagus karena para pelaku usaha, masyarakat itu, akan bisa melanjutkan apa-apa yang sudah dikerjakan karena insya Allah tidak ada perubahan yang besar dengan menangnya 02 ini karena mereka kredonya adalah melanjutkan Pak Jokowi,” pungkas Qodari. (Rls)

READ  Pemilu di Basel Lancar dan Kondusif